Kamis, 26 September 2013

Pelabuhan Penyeberangan Majingklak Makin Dangkal



PANGANDARAN, (PRLM).- Sudah sejak tahun 2005, perairan di Pelabuhan Penyeberangan Majingklak, di Desa Pamotan, Kecamatan Kalipucang, Kabupaten Pangandaran terus mengalami pendangkalan. Kondisi tersebut kian memburuk beberapa tahun ini.
Diungkapkan petugas Pelabuhan Penyebrangan Balai Pengelolaan Pelabuhan Laut Angkutan Sungai, Danau, dan Penyebrangan Sub Unit Pelabuhan Penyebrangan Majingklak, Abdul Rohman, hingga kini pendangkalan terus terjadi. Hingga kapal pun harus memutar dari rute yang biasanya dahulu. "Karena di perairan terjadi pendangkalan, maka kapal mun harus memutar ke yang lebih dalam," ujarnya, Minggu (22/9/2013).
Abdul mengatakan, sejak terjadi pendangkalan sudah tidak ada kapal fery di sana. Pelabuhan tersebut menghubungkan penyebrangan dari Desa Pamotan, Kecamatan Kalipucang, ke Pulau Nusakambangan atau tepatnya di Desa Kleces, Kecamatan Kampung Laut, Kabupaten Cilacap. Waktu tempuh menuju Nusakambangan yakni 30 menit dengan menggunakan kapal kecil. Pelayanan penyebrangan sendiri beroperasi 24 jam.
Dengan kondisi tersebut, Abdul berharap pemerintah dapat membenahi dan melakukan normalisasi. Sebab, jika berlarut-larut didiamkan akan kiat memburuk. "Dahulu pernah dilakukan pengerukan. Tetapi kini belum ada lagi," jelasnya.
Pendangkalan terlihat di dekat tempat kapal bersandar. Dasar air pun terlihat jelas, bahkan sudah ada yang surut. Lebih lanjut Abdul mengatakan, dengan terjadinya pendangkalan tersebut memang sudah tidak ada kapal fery di sana. Kemudian, jumlah penumpang pun kian sepi. "Dalam satu hari paling banyak sekitar 50 penumpang. Tidak ada lonjakan pula ketika menjelang lebaran kemarin," jelasnya.
Menurut dia, setiap harinya penumpang yang rutin menggunakan kapal adalah para penebang kayu. Mereka dari Nusakambangan atau sebaliknya menaiki kapal dan membawa naik sepeda motornya. Tidak hanya itu. Ada pun kapal yang memang diperuntukkan untuk mengangkut kayu potong. Harga tiket untuk menyebrang adalah Rp 10 ribu setiap orangnya. Dan, Rp 25 ribu untuk sepeda motor.
Abdul mengatakan, di Pelabuhan Penyebrangan Majingklan terdapat 12 unit kapal. Setiap armada dapat menampung muatan 15 orang dengan beban maksimal empat ton. Selain dilakukan normalisasi dirinya berharap adanya penataan wilayah. Sebab, lokasi tersebut pun berpotensi sebagai tempat wisata. "Di sini sudah banyak warga dan warga luar yang memancing. panorama alamnya pun bagus. Jadi, tidak ada salahnya dikembangkan sebagai objek wisata juga," ujarnya.
Di tempat yang sama, salah seorang penebang kayu Yanto (45) mengatakan setiap harinya dia menggunakan jasa penyebrangan di sana. "Saya selalu berangkat pukul lima pagi dari Pelabuhan Majingklak, dan membawa sepeda motor. Kemudian kembali dari Nusakambangan pukul lima sore," tuturnya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar