Minggu, 04 Desember 2011

BERKAT PARTISIPASI MASYARAKAT YANG TINGGI, JALAN GANG DI CIMERAK LEBIH BAIK DARI JALAN PROVINSI

BERKAT PARTISIPASI MASYARAKAT YANG TINGGI, JALAN GANG DI CIMERAK LEBIH BAIK DARI JALAN PROVINSI

 Ciamis. Suatu kebanggaan tersendiri bagi warga masyarakat Kecamatan Cimerak, Kabupaten Ciamis, berkat Rekompak-JRF jalan-jalan gang di Cimerak lebih baik bila dibandingkan dengan jalan provinsi yang belakangan ini makin rusak karena dilewati truk pasir yang bermuatan lebih. Demikian dikatakan Obar Subarna, Camat Cimerak yang dituliskannya dalam buku tamu saat ia mampir di salah satu PP (Panitia Pembangunan) yang sedang mengerjakan rabat beton beberapa waktu lalu di Cimerak.
 Obar memang bukan sengaja datang atas undangan PP Rekompak-JRF. Waktu itu ia hendak menghadiri undangan salah satu warganya, namun diperjalanan ia melihat Kades Kertamukti beserta sejumlah warganya sedang mengerjakan rabat beton yang menurutnya tidak ada dalam agenda kecamatan. Lelaki yang selalu berpenampilan rapi ini lebih tercengang saat melihat dan mendengar langsung dari para pelakunya di lapangan. Dalam buku tamu  yang dituliskannya panjang lebar itu, Obar antara lain mengucapkan terima kasihnya pada Rekompak-JRF, bahwa berkat program Implementasi Bantuan Dana Lingkungan (BDL), jalan-jalan di gang sekarang lebih baik bila dibandingkan jalan provinsi. “Terima kasih BDL Rekompak, terus tumbuhkan semangat membangun desa melalui peningkatan gotong-royong dan swadaya masyarakat,” katanya.

Pernyataan ini diperkuat oleh Muhyat, Koordinator BKM Desa Kertamukti, yang berkat pengalamannya mengkoordinir tiga kali BDL dari Rekompak-JRF, sempat diberi kepercayaan untuk menggunakan Anggaran Dana Desa (ADD) untuk kegiatan sejenis di desanya. Awalnya ia sempat ragu saat desanya menawarkan dana yang peruntukannya untuk rabat beton di lokasi yang sering kena genangan itu. Sulit memang memanfaatkan dana yang ada dengan masyarakat yang tinggi, karena bayangan mereka pasti harus seperti rabat beton Rekompak-JRF, katanya ketika awal menerima “tantangan” itu. Namun berkat dorongan teman-teman di BKM, saya adakan rembug warga yang akhirnya memutuskan menerima tawaran itu, dengan catatan bahwa dananya hanya akan dipakai untuk membeli bahan material saja. Adapun untuk tenaganya, dalam rembug itu disepakati untuk dikerjakan dengan swadaya gotong royong sepenuhnya.

Selanjutnya, ayah yang telah mempunyai anak perempuan ini menjelaskan bahwa diawali dengan kegiatan Rekompak-JRF, swadaya dan semangat gotong-royong di masyarakat tumbuh kembali. Namun hambatan belum berakhir, ia tidak mau merugikan warganya yang sebagian besar mencari nafkah untuk kebutuhan hidup hari itu, hingga awalnya direncanakan kerja bakti masal setiap hari Jum’at saja. “Agar pekerjaan cepat selesai, kami yang siang hari tidak bisa ikut, bersedia kerja bakti malam hari sesudah sembahyang Isya, tiba-tiba salah seorang warga memberi jalan keluar seperti itu. Jadilah pekerjaan rabat beton yang polanya meniru Rekompak itu dikerjakan malam hari,” ujar pengusaha kelapa itu dengan bangga.
 Terkait dengan tumbuh bangkitnya semangat gotong-royong ini  juga dikemukakan Doris,  sekretariat BKM Desa Ciparanti yang juga di Kecamatan Cimerak. Ia menunjukkan contoh pembangunan jalan beton Dusun Cegak sepanjang 200 meter. Jika para pejabat proyek ini turun ke lapangan, rasanya dana Rp 40 juta itu mustahil cukup untuk membangun di wilayah Cegak yang terjal. Namun atas partisipasi masyarakat yang tinggi, pembangunan rabat beton itu dapat terlaksana, terutama jika harus menghitung ongkos angkut material ke lokasi. Dengan pengorganisasian yang baik dari PP Sampurna dibawah pimpinan Rohidin, semua bahan material diangkut secara estafet oleh warga dengan alat bantu ember. Berkat sosialisasi yang baik dari BKM dan PP, warga sadar akan pentingnya pembangunan jalan beton di sana. Sejumlah warga, laki-laki perempuan, tua muda, sejumlah ember berisi bahan material berpindah dari satu tangan ke tangan yang lainnya hingga tiba ditempat dari lokasi penurunannya di pinggir jalan besar. Jika dihitung dengan uang, besarnya swadaya masyarakat hanya untuk mengangkut barang itu saja sangat tinggi, kata lelaki bersahaja ini saat pelaksanaan evaluasi partisipatif Implementasi BDL Tahap 4 di Balai Desa Ciparanti awal Desember lalu. Kegiatan evaluasi partisipatif ini memang dimaksudkan untuk melihat kekurangan Implementasi BDL di termin pertama agar tidak terulang di pelaksanaan termin kedua berikutnya, atau dengan kata lain untuk melihat kesiapan masyarakat untuk mengelola dana berikutnya.

Agar pelaksanaan BDL terakhir ini berjalan baik, ke-5 Desa dampingan di tim-3 ini sepakat untuk menyusun pertanggungjawaban di akhir tiap tahapan. Berdasarkan data Sistem Informasi Manajemen (SIM) dapat dilihat bahwa desa-desa di Tim-3 ini memang menjadi desa-desa yang paling cepat melaksanakan Rembug Evaluasi Partisipatif, bahkan hampi disetiap kegiatan selalu lebih dulu bila dibandingkan dengan tim yang lainnya. Caca Witarsa, Junior Social Impact DMC Jawa Barat, yang sejak awal bergabung dengan Rekompak-JRF di Kawasan Pangandaran mengakui bahwa pengorganisasian internal Fasilitator Tim-3 termasuk yang paling solid dan tidak banyak gejolak. Demikian pula jika dilihat dari Social Impact dan pelaksanaan aspek pemberdayaannyapun, saat ini Tim-3 menjadi makin baik manakala Kasim Mahmod bergabung menjadi tenaga Fasilitator CD (Community Development) tambahan, ujar Caca mengakhiri pembicaraan. (ria_esha). (Sumber: Ari Hariadi – Community Development DMC Jawa Barat / Sosinfo – NMC Rekompak-JRF)

1 komentar:

  1. Aslkm kang...kenging berita ieu ditampilkeun di mypangandaran.com kanggo kanal cimerak? ...hatur nuhun sateuacana :)

    BalasHapus