PANGANDARAN,(PRLM).- Kulit ikan pari dari
Daerah Otonom Baru (DOB) Kabupaten Pangandaran memasok kebutuhan
industri pembuatan dompet, tas serta kerajinan lainnya. Hanya saja
akibat terbatasnya produksi kulit ikan pari atau ikan pe tersebut
menyebabkan tidak setiap saat dapat memenuhi permintaan pasar.
Bagi sebagian kalangan nelayan di wilayah yang lepas dari induknya Kabupaten Ciamis, seperti di kawasan Pangandaran, Batu Karas, Bojong Salawe dan sekitarnya masih banyak yang belum mengetahui manfaat kulit ikan pari. Hal itu bisa dimengerti, karena tidak setiap saat nelayan menangkap ikan yang bentuknya mirip dengan layang-layang tersebut. Selain itu juga tidak semua kulita ikan pe bisa dijadikan bahan baku pembuatan dompet, tas maupun hasil kerajinan lain yang bahan bakunya dari kulit ikan pari.
Salah seorang pengepul kulit ikan pari di Pangandaran, Supriyadi mengungkapkan akibat terbatasnya produksi tidak bisa memastikan waktu pengiriman barang tersebut kepada pemesan. Permintaan kulit ikan pari tidak hanya datang dari perajin dariwilayah Daerah Istimewa Yogyakarta, akan tetapi juga datang dari Jakarta dan Surabaya. untuk dapat memenuhi pesanan, harus menunggu waktu yang tidak bisa dipastikan, karena sangat tergantung pada hasil tangkapan nelayan.
"Saya tidak bisa memastikan, karena tidak setiap saat nelayan menangkap ikan pari, jadi ada atau tidaknya bahan baku juga sangat tergantung hasil tangkapan nelayan. Kadang dua minggu kirim, akan tetapi bisa sebulan baru kirim," tuturnya ketika ditemui di tempat usahanya di Pantai Timur Pangandaran, tidak jauh dari Cagar Alam Pananjung.
Dia mengungkapkan bahwa untyuk sekali pengiriman berjumlah sekitar 20 - 30 lembar kulit ikan pari. Supriyadin juga harus berburu sampai ke beberapa daerah seperti Ujung Genteng, Pamenungpeuk, Pamayang Sukabumi dan daerah lain untuk mendapatkan kulit ikan pari.
"Tidak semua jenis kulit ikan bisa diambil kulitnya, demikian pula hanya kulit ikan pari jenis waru yang bisa diambil kulitnya untuk bahan baku pembuatan dompet, tas maupun barang lainnya.. Ikan yang lain kulitnya tidak elastis, sehingga lebih mudah patah. Beda dengan kulit ikan pari waru, tidak hanya elastis, akan tetapi juga kuat, seta memiliki bintik-bintik yang indah," ujarnya.
Untuk mendapatkan kulit ikan pari, Supriyadi membeli langsung kepada nelayan. Saat ini harga kulit ikan pari waru basah tergantung pada lebar kulit tersebut, berkisar antara Rp 20.000 - Rp 30.000 per lembar. Kulit ikan pari basah tersebut kemudian diawetkan dengan garam.
"Setelah diawetkan dengan proses penggaraman, selanjutnya dikemas untuk dikirim ke pemesan," kata Supriyadi yang mengungkapkan di Pangandaran ada empat pengepul kulit ikan pari.
Lebih lanjut ia mengungkapkan bahwa tidak hanya kulit ikan pari yang memiliki nilai ekonomi tinggi, daging ikan pari juga bernilai jual mahal. Daging ikan pari, tutur Surpiyadi yang baru dua tahun menggeluti bisnis kulit ikan pari, mengaku kenyal dan enak dibandingkan ikan lain.
"Apalagi jika dimasak dengan campuran cabai hijau, wah rasanya enak sekali, lebih enak dibandingkan ikan lain. Selain itu dagingnya juga tidak mudah hancur," tuturnya. (A-101/A-26)***
Sumber dari : Pikiran Rakyat.
Bagi sebagian kalangan nelayan di wilayah yang lepas dari induknya Kabupaten Ciamis, seperti di kawasan Pangandaran, Batu Karas, Bojong Salawe dan sekitarnya masih banyak yang belum mengetahui manfaat kulit ikan pari. Hal itu bisa dimengerti, karena tidak setiap saat nelayan menangkap ikan yang bentuknya mirip dengan layang-layang tersebut. Selain itu juga tidak semua kulita ikan pe bisa dijadikan bahan baku pembuatan dompet, tas maupun hasil kerajinan lain yang bahan bakunya dari kulit ikan pari.
Salah seorang pengepul kulit ikan pari di Pangandaran, Supriyadi mengungkapkan akibat terbatasnya produksi tidak bisa memastikan waktu pengiriman barang tersebut kepada pemesan. Permintaan kulit ikan pari tidak hanya datang dari perajin dariwilayah Daerah Istimewa Yogyakarta, akan tetapi juga datang dari Jakarta dan Surabaya. untuk dapat memenuhi pesanan, harus menunggu waktu yang tidak bisa dipastikan, karena sangat tergantung pada hasil tangkapan nelayan.
"Saya tidak bisa memastikan, karena tidak setiap saat nelayan menangkap ikan pari, jadi ada atau tidaknya bahan baku juga sangat tergantung hasil tangkapan nelayan. Kadang dua minggu kirim, akan tetapi bisa sebulan baru kirim," tuturnya ketika ditemui di tempat usahanya di Pantai Timur Pangandaran, tidak jauh dari Cagar Alam Pananjung.
Dia mengungkapkan bahwa untyuk sekali pengiriman berjumlah sekitar 20 - 30 lembar kulit ikan pari. Supriyadin juga harus berburu sampai ke beberapa daerah seperti Ujung Genteng, Pamenungpeuk, Pamayang Sukabumi dan daerah lain untuk mendapatkan kulit ikan pari.
"Tidak semua jenis kulit ikan bisa diambil kulitnya, demikian pula hanya kulit ikan pari jenis waru yang bisa diambil kulitnya untuk bahan baku pembuatan dompet, tas maupun barang lainnya.. Ikan yang lain kulitnya tidak elastis, sehingga lebih mudah patah. Beda dengan kulit ikan pari waru, tidak hanya elastis, akan tetapi juga kuat, seta memiliki bintik-bintik yang indah," ujarnya.
Untuk mendapatkan kulit ikan pari, Supriyadi membeli langsung kepada nelayan. Saat ini harga kulit ikan pari waru basah tergantung pada lebar kulit tersebut, berkisar antara Rp 20.000 - Rp 30.000 per lembar. Kulit ikan pari basah tersebut kemudian diawetkan dengan garam.
"Setelah diawetkan dengan proses penggaraman, selanjutnya dikemas untuk dikirim ke pemesan," kata Supriyadi yang mengungkapkan di Pangandaran ada empat pengepul kulit ikan pari.
Lebih lanjut ia mengungkapkan bahwa tidak hanya kulit ikan pari yang memiliki nilai ekonomi tinggi, daging ikan pari juga bernilai jual mahal. Daging ikan pari, tutur Surpiyadi yang baru dua tahun menggeluti bisnis kulit ikan pari, mengaku kenyal dan enak dibandingkan ikan lain.
"Apalagi jika dimasak dengan campuran cabai hijau, wah rasanya enak sekali, lebih enak dibandingkan ikan lain. Selain itu dagingnya juga tidak mudah hancur," tuturnya. (A-101/A-26)***
Sumber dari : Pikiran Rakyat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar