PANGANDARAN,
(PRLM).- Sudah sejak tahun 2005, perairan di Pelabuhan Penyeberangan
Majingklak, di Desa Pamotan, Kecamatan Kalipucang, Kabupaten Pangandaran terus
mengalami pendangkalan. Kondisi tersebut kian memburuk beberapa tahun ini.
Diungkapkan
petugas Pelabuhan Penyebrangan Balai Pengelolaan Pelabuhan Laut Angkutan
Sungai, Danau, dan Penyebrangan Sub Unit Pelabuhan Penyebrangan Majingklak,
Abdul Rohman, hingga kini pendangkalan terus terjadi. Hingga kapal pun harus
memutar dari rute yang biasanya dahulu. "Karena di perairan terjadi
pendangkalan, maka kapal mun harus memutar ke yang lebih dalam," ujarnya,
Minggu (22/9/2013).
Abdul
mengatakan, sejak terjadi pendangkalan sudah tidak ada kapal fery di sana.
Pelabuhan tersebut menghubungkan penyebrangan dari Desa Pamotan, Kecamatan
Kalipucang, ke Pulau Nusakambangan atau tepatnya di Desa Kleces, Kecamatan
Kampung Laut, Kabupaten Cilacap. Waktu tempuh menuju Nusakambangan yakni 30
menit dengan menggunakan kapal kecil. Pelayanan penyebrangan sendiri beroperasi
24 jam.
Dengan
kondisi tersebut, Abdul berharap pemerintah dapat membenahi dan melakukan
normalisasi. Sebab, jika berlarut-larut didiamkan akan kiat memburuk.
"Dahulu pernah dilakukan pengerukan. Tetapi kini belum ada lagi,"
jelasnya.
Pendangkalan
terlihat di dekat tempat kapal bersandar. Dasar air pun terlihat jelas, bahkan
sudah ada yang surut. Lebih lanjut Abdul mengatakan, dengan terjadinya
pendangkalan tersebut memang sudah tidak ada kapal fery di sana. Kemudian,
jumlah penumpang pun kian sepi. "Dalam satu hari paling banyak sekitar 50
penumpang. Tidak ada lonjakan pula ketika menjelang lebaran kemarin,"
jelasnya.
Menurut dia,
setiap harinya penumpang yang rutin menggunakan kapal adalah para penebang
kayu. Mereka dari Nusakambangan atau sebaliknya menaiki kapal dan membawa naik
sepeda motornya. Tidak hanya itu. Ada pun kapal yang memang diperuntukkan untuk
mengangkut kayu potong. Harga tiket untuk menyebrang adalah Rp 10 ribu setiap
orangnya. Dan, Rp 25 ribu untuk sepeda motor.
Abdul
mengatakan, di Pelabuhan Penyebrangan Majingklan terdapat 12 unit kapal. Setiap
armada dapat menampung muatan 15 orang dengan beban maksimal empat ton. Selain
dilakukan normalisasi dirinya berharap adanya penataan wilayah. Sebab, lokasi
tersebut pun berpotensi sebagai tempat wisata. "Di sini sudah banyak warga
dan warga luar yang memancing. panorama alamnya pun bagus. Jadi, tidak ada
salahnya dikembangkan sebagai objek wisata juga," ujarnya.
Di tempat yang sama, salah seorang penebang kayu
Yanto (45) mengatakan setiap harinya dia menggunakan jasa penyebrangan di sana.
"Saya selalu berangkat pukul lima pagi dari Pelabuhan Majingklak, dan
membawa sepeda motor. Kemudian kembali dari Nusakambangan pukul lima
sore," tuturnya