SEORANG
nelayan memanggul mesin perahu, usai mendarat di Pantai Barat Pangandaran,
Kabupaten Pangandaran, Selasa (18/6/2013). Nelayan bakal terkena langsung atas
naiknya harga bahan bakar minyak (BBM). Kondisi tersebut disebabkan karena
hingga sekarang tidak ada standar harga atas hasil ikan tangkapannya.
PANGANDARAN,(PRLM).-Nelayan
di wilayah Kabupaten Pangandaran berharap pemerintah memberikan bantuan khusus
untuk menghadapi kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM).
Saat ini
nelayan di wilayah kabupaten yang baru lepas dari induknya, Kabupaten Ciamis
harus membeli bensin atau premiun secara eceran, sehingga harganya lebih mahal
apabila dibandingkan langsung membeli di Stasium Pengisian Bahan Bakar Umum
(SPBU).
"Terus
terang kenaikan harga BBM bakal sangat memberatkan nelayan. Setidaknya untuk
nelayan di wilayah Pangandaran, mereka harus merogoh keocek lebih dalam lagi
untuk membeli BBM yang dibelinya secara eceran. Naiknya harga BBM bakal
menambah biaya opersional, sementara nelayan tidak bisa menentukan harga ikan
hasil tangkapanya," kata Ketua Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI)
Kabupaten Ciamis (HNSI Kabupaten Pangandaran belum dibentuk) Jeje Wiradintata,
Selasa (18/6/2013).
Dia
mengatakan untuk meringankan beban nelayan, sudah selayaknya pemerintah
memberikan bantuan SPBU khusus untuk nelayan. Dengan demikian, nelayan langsung
membeli BBM di tempat tersebut.
Harga
membeli bensi langsung ke SPBU, lebih murah apabila dibandingkan eceran, dengan
selisih antara Rp 500 - Rp 1.000 per liter.
"Saya
berharap pemerintah memberikan bentuk perhatian yang lain, khusus terhadap
nelayan dalam menghadapi kenaikan harga BBM. yang dibutuhkan nelayan adalah
dukungan untuk bisa menjalakan profesinya dalam jangka panjang," tuturnya.
Jeje
menambahkan untuk meringankan beban nelayan, sudah saatnya di wilayah
Pangandaran terdapat SPBN atau Stasiun Pengisian Bahan Bakar khusus Nelayan.
Dengan fasilitas terseut, nelayan bisa lebih mudah mendapatkan akses untuk
membeli BBM.
"Ke
depan kebutuhan BBM bakal semakin banyak. Untuk sekali melaut, rata-rata perahu
membutuhkan 10 liter bensin. Selain perahu nelayan juga banyak perahu
pesiar," katanya.
Lebih lanjut
Ketua HNSI Ciamis Jeje Wiradinata mengatakan kondisi tersebut kemungkinan bisa
berbeda apabila sudah ada standar harga ikan hasil tangkapan nelayan.
Dengan
posisi nelayan semakin kuat seperti dapat menetukan harga ikan, maka
kesejahteraan nelayan juga bakal naik.
"Sejak
dulu hingga sekarang posisi nelayan masih lemah dalam menetukan harga. Hal itu
merupakan persoalan yang harus segera diselesaikan demi meningkatkan
kesejahteraan nelayan," ujar Jeje.
Dia
mengungkapkan saat ini di wilayah Kabupaten Pangandaran terdapat sekitar 3.000
perahu nelayan. Selain di Pangandaran, sebagian di antaranya terdapat di
beberapa pantai seperti Cimerak, Kalipucang, Cuijulang dan Parigi. Setiap
perahu rata-rata diopersikan dua hingga lima nelayan.
Terpisah
salah seorang nelayan di Pantai Pangandaran Sukaya (53) mengaku pasrah dengan
kondisi yang dihadapinya sekarang. Semakin mahal harga BBM, maka beban yang
harus ditanggung ikut bertambah.
"Mau
bagaimana lagi. Bagi kami yang penting mendapat banyak ikan sehingga bisa
lancar membeli BBM. Kalau bisa usul sih harga BBM tidak naik," ujarnya.
Dia
mengungkapkan beban nelayan bakal semakin berat ketika datang masa paceklik
ikan. Artinya nelayan tidak mendapatkan penghasilan, sebaliknya jumlah hutang
yang semakin bertambah.
"Seperti
saat ini saja banyak nelayan yang tidak melaut karena sedang masa paceklik.
Saya berharap nasib nelayan lebih diperhatikan, stidaknya taraf kehidupannya
dapat semakin baik," tambah Sukaya.
Sumber dari : Pikiran Rakyat
Tidak ada komentar:
Posting Komentar