Sariman, petani Paledah, Jum`at (20/12), mengakui, hasil panen kali ini merosot hingga 70 persen. Untuk meminimalisir kerugian akibat banjir, dia memanen padi lebih awal, meski tanaman itu belum cukup umur.
Menurut Sariman, sudah hampir satu pekan terakhir ini, sedikitnya 450 hektare sawah, yang merupakan lumbung padi di Desa Paledah, Padaherang, terendam banjir setinggi 1,5 meter. Genangan air itu merupakan luapan dari Sungai Citanduy dan Sungai Ciseel. Banjri terjadi karena hujan terus mengguyur dan mengakibatkan tanggul sungai jebol.
Kepada HR, Sariman, menuturkan, banjir tersebut tak kunjung surut. Diakuinya, lokasi areal pesawahan memang posisinya berada di bawah Sungai Citanduy, sehingga ratusan tanaman padi petani menjadi busuk atau fuso.
“Kini, para petani harus menanggung kerugian hingga jutaan rupiah. Padahal, satu hektar sawah biasanya menghasilkan satu ton padi,” ungkapnya.
Akibat bencana banjir kali ini, petani hanya bisa menghasilkan sebanyak 3 kwintal. Hasil yang merosot itu tentunya mempengaruhi hasil panen di Kabupaten Pangandaran. Soalnya, areal itu merupakan lumbung padi di Pangandaran.
“Petani hanya bisa pasrah dan berharap pemerintah segera mengabil langkah sebagai solusi,” pungasnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar