Pengaktifan
kembali jalur kereta api Banjar-Cijulang, saat ini sedang dibahas dan
direncanakan dimulai pada 2014. Bahkan, sudah ada anggaran yang disiapkan.
Dana
tersebut, dikatakan Sekertaris Dinas Perhubungan Provinsi Jawa Barat Dedi
Supriadi adalah untuk Detail Engineering Design (DED). Yakni sejumlah Rp 3
miliar.
“Dana
tersebut dari Pemerintah Pusat. Dan, sudah dianggarkan untuk pelaksanaan DED,”
ucapnya belum lama ini.
Dedi
menjelaskan, di dalam DED itu terdapat berbagai macam penjelasan dan rencana.
Yakni dapat berupa gambar detail yang dibuat lengkap.
Diantaranya
gambar dan detail pengerjaan, lalu ada recana anggaran biaya, juga rencana
kerja lainnya.
“Kita terus
lakukan komunikasi dan koordinasi dengan Pemerintah Pusat. Juga mendorong
Pemerintah Provinsi Jawa Barat agar pelaksanaan reaktifasi jalur kereta api ini
segera dilakukan,” katanya.
Masih
dikatakan Dedi, selain DED, kini yang akan dilakukan pula adalah Analisis
Dampak Lingkungan (Amdal). Jadi, jika dua hal itu telah dilaksanakan, maka
tahap berikutnya adalah reaktifasi kembali jalur Banjar Cijulang.
Menurut
Dedi, pengaktifan kembali jalur kereta api Banjar-Cijulang memang tidak mudah.
Maksudnya,sebagian besar rel dan bantalan rel sudah tidak ada. Kemudian,
beralih fungi lahan. Juga kondisi terowongan yang sudah tidak terawat. Bahkan
kondisi jembatan pun sudah rusak.
“Kalau masih
ada yang masih dapat digunakan, ya kita pakai kembali. Jika tidak memungkinkan,
akan dialihkan atau diperhitungkan kembali, karena pengaktifan ini telah
melalui penelitian dan pengkajian terlebih dahulu,” ucapnya.
Sementara
itu, Penjabat Bupati Kabupaten Pangandaran Endjang Naffandy mengatakan bahwa
jika nantinya jalur kereta api Banjar-Cijulang dapat kembali aktif maka akan
banyak keuntungan.
Mulai dari
perekonomian, hingga sektor pariwisata. Sebab, jalur kereta api itu menyuguhkan
keindahan alam yang bagus.
“Jalur itu
dapat menjadi jalur kereta wisata. Sebab akan melewati pegunungan dan melihat
pesisir pantai atau laut,” ujarnya.
Untuk
perekonomian, kereta api dapat menjadi alternatif jalur darat selain kendaraan
bermotor dalam hal mengankut barang atau berpergian.
Wacana akan
diaktifkannya kembali jalur kereta api Banjar – Cijulang, akan memiliki dampak
positif bagi Daerah Otonom Baru (DOB) Kabupaten Pangandaran. Selain sebagai
sarana transportasi, itu dapat menjadi daya tarik bagi sektor pariwisata.
Jalur kereta
api tersebut menyuguhkan kenikmatan bagi penumpang. Keindahan panorama alam
pegunungan laut, menjadi ciri khas dari rute itu. Tidak terlepas pula dengan
adanya Terowongan Wilhelmina dan Jembatan Cikacepit.
Saat ini,
kondisi jalur tersebut memprihatinkan. Rel dan bantalan rel sudah banyak yang
dicuri. Kemudian, jembatan dan jalur pun beralih fungsi menjadi lahan untuk
bercocok tanam dan dibangun bangunan.
Dengan
demikian, rencana reaktifasi tersebut diharuskan adanya komitmen dan sinergitas
juga kerjasama antar instansi. Sebab, pada pelaksanananya, harus ada beberapa
hal yang diselesaikan.
Untuk pengaktifan
kembali jalur tersebut prosesnya membutuhkan waktu cukup lama. Juga biaya yang
tidak sedikit.
Sebelumnya,
jalur Kereta Api Banjar – Cijulang, dalam waktu dekat ini akan direaktifasi.
Pemabahasan rencana itu pun telah dibicarakan antara Kabupaten Pangandaran,
Pemerintahan Provinsi Jawa Barat, dan Pemerintahan Pusat, dalam hal ini
Kementrian Perhubungan.
Dikatakan
Penjabat Bupati Kabupaten Pangandaran Endjang Naffandy, dari hasil rapat
koordinasi yang dilakukan beberapa waktu lalu di Badan Perencanaan Pembangunan
Daerah (Bappeda) Jawa Barat, dibahas bahwa jalur kereta api Banjar – Cijulang
akan diaktifkan kembali.
“Saya harap,
dalam waktu dekat ini yaitu tahun 2014, proses pengaktifan kembali jalur kereta
api Banjar – Cijulang sudah dapat dilakukan,” ujar Endjang.
Dikatakan
dia, dari pertemuan itu didapat usulan jika proses pengaktifan kembali
diagendakan pada tahun 2016. Mendengar hal tersebut, Endjang tidak
menyetujuinya.
“Saya
protes. Saya menginginkannya dan berharap dalam waktu dekat ini juga secepatnya
proses itu dilakukan pada tahun 2014,” ujarnya.
Alasannya,
dikarenakan penelitian untuk pengaktifan itu sudah dilakukan sejak awal. Yaitu
pada tahun 2007. Dan, hasilnya sudah ada.
“Kita pun
sudah berbicara langsung dengan Kementrian Perhubungan, terkait usulan agar
dimajukan prosesnya,” katanya.
Walau
demikian, Endjang mengakui pada pelaksanaannya akan mendapat tantangan.
Sebagian besar jalur kereta api, banyak yang sudah beralih fungsi lahannya.
Mulai dari
ada yang ditanami tanaman oleh warga, hingga dibangun bangunan seperti tempat
tinggal.
“Kita akan
lakukan langkah persuasif dalam pemahaman lahan itu kepada warga. Bersama PT
Kereta Api, kita nantinya akan bersama-sama membicarakannya,” ujarnya.
Lebih lanjut
Endjang mengatakan, upaya lain yang dapat dilakukan untuk lahan yang kini sudah
digunakan warga adalah dengan pengalihan jalur.
“Nantinya
dapat dinegosiasikan. Namun, berapa jalur trasenya yang dirubah kita belum
tahu,” ucapnya.
Dalam pengerjaannya nanti, anggaran akan berasal
dari pusat. Namun demikian, Endjang belum mengetahui berapa besar anggarannya.