Rabu, 27/03/2013 - 05:23
CIAMIS, (PRLM).- Sawah apung di Kecamatan
Padaherang Kabupaten Ciamis ditanami benih padi jenis IR 64, dengan
metode tanam model SRI atau ditanam per biji. Pemeliharaan dilakukan
dengan pupuk dan penyemprotan hama secara organik. Hal itu dikatakan
Ketua Taruna Mekar Bayu Desa Ciganjeng Kecataman Padaherang Kabupaten
Ciamis, Tahmo Cahyono di Ciamis, Selasa (26/3).
"Meski panen, kami masih belum puas, karena sebenarnya produktivitasnya masih bisa ditingkatkan di atas 6,2 ton," tambah Tahmo.
Sementara di tempat terpisah Sekretaris Jenderal (Sekjen) IPPHTI Kustiwa Adinata mengungkapkan sepenuhnya mendukung upaya pembuatan sawah apung. hal itu merupakan salah satu solusi untuk menghadapi kondisi persawahan di wilayah lumbeng beras tatar Galuh Ciamis yang setiap tahun terendam banjir.
Ia mengungkapkan, percobaan pembuatan sawah apung sudah dimulai sejak tahun 2010, sebelum dikembangkan seperti saat ini.
"Ide lahir dari rasa keprihatinkan kami terhadap petani di wilayah yang selalu terendam banjir. Akhirnya kami membuat model sawah apung, termasuk ke depannya apabila memunghkinkan diterapkan sistem mina padi dengan ikan," tuturnya.
Berdasar catatan, ia mengungkapkan, kerusakan paling parah sawah apung di Ciganjeng terjadi pada bulan awal Januari, berupa gelombang besar yang menghancurkan sebagian tanaman padi. Gelombang tersebut berlangsung ketika banjir kembali meninggi.
"Ketinggian air tidak masalah, yang merusak adalah datangnya gelombang saat banjir kembali naik. Beruntung setelah diperbaiki, tanaman masih bisa diselamatkan, bahkan panen," tuturnya.
Kustiwa mengaku tahap pertama pembuatan sawah apung membutuhkan anggaran cukup besar. hal itu disebabkan harus membuat rakit berikut media tanam. Akan tetapi dibandingkan dengan kerugian akibat tidak bisa tanam hampir setahun, anggaran tersebut termasuk kecil.
"Apabila bambunya tua dan selalu terendam air, rakit bisa bertahan sampai tiga tahun. Berapa kali petani bisa menanam padi, plus panen ikan. Ini langkah kecil, tetapi merupakan lompatan untuk masa depan yang lebih baik," tambahnya. (A-101/A-26).***
Sumber dari : Pikiran Rakyat
"Meski panen, kami masih belum puas, karena sebenarnya produktivitasnya masih bisa ditingkatkan di atas 6,2 ton," tambah Tahmo.
Sementara di tempat terpisah Sekretaris Jenderal (Sekjen) IPPHTI Kustiwa Adinata mengungkapkan sepenuhnya mendukung upaya pembuatan sawah apung. hal itu merupakan salah satu solusi untuk menghadapi kondisi persawahan di wilayah lumbeng beras tatar Galuh Ciamis yang setiap tahun terendam banjir.
Ia mengungkapkan, percobaan pembuatan sawah apung sudah dimulai sejak tahun 2010, sebelum dikembangkan seperti saat ini.
"Ide lahir dari rasa keprihatinkan kami terhadap petani di wilayah yang selalu terendam banjir. Akhirnya kami membuat model sawah apung, termasuk ke depannya apabila memunghkinkan diterapkan sistem mina padi dengan ikan," tuturnya.
Berdasar catatan, ia mengungkapkan, kerusakan paling parah sawah apung di Ciganjeng terjadi pada bulan awal Januari, berupa gelombang besar yang menghancurkan sebagian tanaman padi. Gelombang tersebut berlangsung ketika banjir kembali meninggi.
"Ketinggian air tidak masalah, yang merusak adalah datangnya gelombang saat banjir kembali naik. Beruntung setelah diperbaiki, tanaman masih bisa diselamatkan, bahkan panen," tuturnya.
Kustiwa mengaku tahap pertama pembuatan sawah apung membutuhkan anggaran cukup besar. hal itu disebabkan harus membuat rakit berikut media tanam. Akan tetapi dibandingkan dengan kerugian akibat tidak bisa tanam hampir setahun, anggaran tersebut termasuk kecil.
"Apabila bambunya tua dan selalu terendam air, rakit bisa bertahan sampai tiga tahun. Berapa kali petani bisa menanam padi, plus panen ikan. Ini langkah kecil, tetapi merupakan lompatan untuk masa depan yang lebih baik," tambahnya. (A-101/A-26).***
Sumber dari : Pikiran Rakyat
Tidak ada komentar:
Posting Komentar