Jumat, 11/01/2013 - 17:34
NURHANDOKO/"PRLM"
DERETAN perahu nelayan di dekat kawasan cagar alam Pananjung, Jumat
(11/1/13). Perubahan cuaca ekstrim yang belakangan ini melanda kawasan
Indonesia juga menyebabkan nelayan di kawasan Pangandaran, daerah otonom baru
(DOB) Kabupaten Pangandaran tidak melaut.*
CIAMIS, (PRLM).- Cuaca ekstrem yang diikuti dengan datangnya musim angin
barat menjadikan nelayan di kawasan pantai Pangandaran dan sekitarnya, daerah
otonom baru (DOB) Pangandaran, memilih tidak melaut. Nelayan khawatir dengan
adanya ombak besar yang belakangan ini muncul di tengah lautan. Munculnya ombak
besar itu dipicu oleh kuatnya tiupan angin barat.
"Sudah lebih dari seminggu ini saya tidak melaut. Terus terang kami
juga khawatir karena kondisi ombak di tengah laut kadang sangat besar, sehingga
berbahaya untuk nelayan. Datangnya angin barat juga bisa menjadi tanda bakal
adanya perubahan cuaca," ungkap Sukaya (53) nelayan Pangandaran, Jumat
(11/1/13).
Dia mengungkapkan bahwa saat ini kondisi ombak di pantai masih lebih kecil
dibandingkan dengan yang terdapat di tengah laut. Sementara itu perahu nelayan
Pangandaran berukuran relatif kecil, sehingga sangat mudah terbalik serta
diombang-ambingkan ombak besar.
"Kami tidak mau ambil risiko. Kami juga menyadari datangnya angin
barat juga merupakan salah satu siklus tahunan, hanya saja saya kira datangnya
angin lebih cepat dari perkiraan," jelasnya.
Didampingi nelayan lain, Endang, Sukaya menambahkan biasanya angin barat
muncul mulai tengah hari hingga dini hari. Sedangkan kebiasaan nelayan mencari
ikan di laut, berangkat malam hari. "Malam hari ada di tengah laut.
Praktis sekarang nelayan lebih banyak di darat. Sepanjang hari lebih banyak
untuk memperbaiki jaring atau peralatan lain," tuturnya. (A-101/A-88)***
Sumber dari : Pikiran Rakyat
Tidak ada komentar:
Posting Komentar