Kamis, 14 Februari 2013
Dua
shelter berukuran besar yang mampu menampung hingga 3.000 orang bakal
dibangun di wilayah Kecamatan Pangandaran dan Cimerak Daerah Otonom Baru
(DOB) Pangandaran.Fasilitas tempat perlindungan tersebut dipersiapkan
untuk menampung warga, jika sewaktu-waktu terjadi gelombang pasang
tsunami atau lainnya.
"Pembangunan dua shelter tersebut bakal dimulai tahun 2013. Selain di
Pangandaran, bangunan serupa juga didirikan di Kecamatan Cimerak.
Shelter tersebut untuk menampung atau menyelamatkan warga warga apabila
sewaktu-waktu terjadi gelombang pasang tsunami yang dapat membahayakan
masyarakat," tutur Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD)
Kabupaten Ciamis Dicky Erwin Juliady, Rabu (13/2).
Dia mengungkapkan dibangunnya fasilitas tersebut erat kaitannya dengan
yupaya untuk mengantisipasi jatuhnya korban, berkenaan dengan kondisi
alam Ciamis yang secara nasional termasuk dalam urutan nomor 22 untuk
ancaman tsunami. Sedangkan Provinsi Jawa Barat menduduki urutan ke 8
tsunami.
"Tsunami yang pernah terjadi di Pangandaran merupakan urutan ketiga
setelah Aceh dan Sika di Nusa Tenggara Timur. Shelter yang saat ini
masih dalam tahap perencanaan tersebut nantinya bakal mampu menampung
sekitar 3.000 jiwa. Hal tersebut juga sudah kami sosialisasikan kepada
masyarakat," tuturnya.
Shelter yang dibangun di kawasan pantai barat Pangandaran, menelan
anggaran sebesar Rp 8 miliar. Lokasi fasilitas tersebut tersebut berada
di sekitar bekas Pasar Seni yang hancur akibat diterjang gelombang
pasang Tsunami Pangandaran 12 Juli 2006. Sedangkan shleter di wilayah
Cimerak, lokasinya berada tidak jauh dari pantai, dengan anggaran
sebesar Rp 5 miliar.
Untuk bagian bawah shelter, Dicky menjelaskan saat ini tengah digagas
berbagai alternatif pemanfaatannya. Salah satunya adalah menjadikan
bagian bawah bangunan tersebut sebagai tempat kegiatan sosial serta
penampungan PKL.
"Dengan demikian sekaligus dilakukan penataan terhadap PKL. Hanya saja
hal tersebut masih belum final, sebab masih bermunculan ide lain
memanfaatkan lokasi tersebut," jelasnya.
Berkenaan dengan penanggulangan bencana, Kepala BPBD Kabupaten Ciamis
Dicky mengatakan bahwa untuk lebih meningkatkan kesiapsiagaan dengan
mengintensifkan sosialisasi.
Sasaran kegiatan tersebeut di antaranya Taruna Siaga Bencana (Tagana),
SAR Panthera, Asosiasi Petugas Penghulu, Perempuan Tanggap Bencana, PMI,
Rapi, Orari dan lainnya.
Kegiatan tersebut sekaligus merupakan tindak lanjut adanya pernyataan
Gubernur Jawa Barat mengenai penetapan Siaga Darurat Banjir dan Longsor
yang berlangsung mulai 17 Januari - 17 April 2013.
"Keterlibatan amil menjadi relawan itu memang hal yang baru. Keberadaan
amil juga sangat penting, khususnya untuk penanganan korban jiwa yang
tidak bisa ditangani oleh sembarang orang. kami terus mengingatkan serta
menggelorakan semangat dan komiten relawan yang bersifat kemanusiaan,"
jelasnya
Pada bagian lain dia mengungkapkan, sejak awal bulan Januari hingga 1
Februari 2013 di wilayah tatar Galuh Ciamis tercatat 57 kejadian
bencana. Terdiri 23 kali tanah longsor, banjir 9 kali, kebakaran 11 kali
dan 14 angin puting beliung. Bencana tersebut mengenai 599 KK terdiri
1.893 jiwa, dengan kerugian material sekitar Rp 2,193 miliar.
"Kejadian terakhir adalah angin puting beliung hari Rabu (6/2) di
wilayah Kecamatan Pamarican, belasan rumah rusak akibat tertimpa pohon
tumbang," tuturnya.
Sumber PikiranRakyat, photo ilustrasi